Minggu, 21 September 2008

Papeda penganan pembuka khas papua

Jayapura, Komunitas muslim di Fakfak, Papua, tetap mempertahankan tradisi Ramadan secara turun-temurun. Salah satunya dengan menyantap papeda, makanan khas Bumi Cenderawasih. Sebelum menyantap papeda, biasanya para pemuda memainkan musik tradisional hadrah dengan melantunkan syair berbahasa Arab sampai beduk Magrib menjelang.

Papeda adalah makanan khas Papua yang terbuat dari sagu. Sebelum disajikan terlebih dahulu disaring kemudian diberi air jeruk untuk menambah kelezatan rasa dan ditambah air panas secukupnya kemudian diaduk sampai mengembang.

Sebagai pelengkap, makanan khas Papua ini diberi ikan kuah pedas dan sayur tagas-tagas yang terbuat dari campuran daun singkong, bunga pepaya, dan ubi jalar. Papeda makin lezat bila disantap selagi hangat.

Lain lagi dengan makanan khas berbuka puasa warga Aceh yang merantau di Medan, Sumatra Utara. Berdasarkan asal-usulnya, bubur kanji rumi berasal dari Aceh Pidie dan menjadi santapan menjelang berbuka puasa. Warga Aceh perantauan di Medan sepakat menyajikan makanan ini bagi warga Aceh lain di Masjid Aceh Sepakat di Jalan Mengkara, Medan.

Ismail, juru masak bubur kanji rumi, menjelaskan makanan ini mulai dikenal lima tahun silam. Ketika Masjid Aceh Sepakat berdiri tahun silam, bubur kanji resmi menjadi makanan berbuka puasa. Bahan-bahan yang di perlukan untuk membuat bubur antara lain beras, ayam, berbagai bumbu, minyak dan bawang goreng.

Selama Ramadan, setiap hari Masjid Aceh Sepakat menyiapkan bubur kanji rumi hingga 400 porsi. Warga dapat menyantap hidangan ini di sebuah tenda yang sudah disiapkan. Selain gurih dan enak, bubur kanji rumi diyakini mampu memulihkan tenaga dan membuat tubuh segar kembali setelah berpuasa sehari penuh.

makanan khas papua

Ubi Jalar (Petatas) dan Keladi (Kastela) makanan khas Papua yang akan Go Public

Tanaman ubijalar (petatas) dan keladi (kastela) merupakan makanan khas masyarakat pedalaman Papua dan masyarakat Papua umumnya. Olah karenanya sangat tepat jika Direktris Yayasan Honai Timika Ibu Anastasia Takage, SA.g mengembangkan dua tanaman yang merupakan makanan pokok masyarakat gunung ini, sebagai tanaman yang mempunyai nilai jualannya sangat tinggi, seperti dikatakannya pada Rabu 13 Pebruari 2008. Sebagai anggota dewan, juga sebagai anak Papua pedalaman, Ibu Anastasia mengaku merasa terpanggil untuk mengembangkan dua jenis makanan pokok suku pedalaman ini menjadi makanan khas berkualitas tinggi dan disajikan pada semua momen acara besar atau kecil di daerah ini.

Yam vs. sweet potato

“Kehidupan masyarakat Papua terutama masyarakat pedalaman, dengan adanya modernisasi perlahan-lahan orang mulai lupa dengan makanan khas yang merupakan warisan nenek moyang ini. Bagi Yayasan Honai melihat ini sangat menarik, sehingga kedua tanaman ini perlu ada program budidaya dengan persemaian yang baik sehingga hasilnya mempunyai kualitas yang tinggi, dan sebagai makanan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi pula,” kata Ibu Anastasia yang juga Ketua Dewan Kehormatan DPRD Kabupaten Mimika ini.Untuk membudidayakan kedua tanaman ini, Yayasan Honai bekerjasama dengan beberapa kepala kampung yang ada di beberapa Satuan Pemukiman (SP-SP). Para kepala kampung telah memberi 3 hektare lahan, yang kemudian kelompok-kelompok ibu-ibu yang ada pada kampung tersebut mengelola lahan ini sebagai kebun percontohan. Melalui kebun percontohan ini, maka ke depan lahirlah petani-petani petatas dan keladi yang secara rutin menghasilkan petatas dan keladi dalam jumlah yang begitu banyak. Petatas dan keladi yang dihasilkan oleh kelompok ibu-ibu maupun dari lahan-lahan secara pribadi itu, akan dibeli oleh Yayasan Honai yang selanjutnya akan dipasarkan keluar Timika. Informasi yang beredar, lanjut Anastasia di Nabire akan dibangun sebuah Pabrik Tepung Tapioka.

Bila rencana tersebut terealisasi dalam beberapa tahun ke depan ini, jelas mereka akan membutuhkan stok atau pasokan singkong, keladi, petatas dari mana saja dalam jumlah yang banyak. Selanjutnya, Petatas dan Keladi memang tidak hanya menjadi makanan khas orang Papua yang mempunyai nilai gizi, protein, dan mineral yang tinggi, namun melengkapi referensi makanan khas Indonesia.